Pidato Watapri, Dubes Dian Triansyah Djani pada Upacara Peringatan HUT ke-65 Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia
Bismillahirrahmanirrahim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Bapak, Ibu, dan Saudara-Saudara sekalian yang saya hormati,
Selamat pagi dan salam sejahtera bagi kita semua,
Pertama-tama, marilah kita bersama-sama memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas rahmat dan karunia-Nya, kita diberi kesempatan, kekuatan, dan kesehatan untuk melanjutkan karya kita, tugas dan pengabdian kita kepada masyarakat, bangsa, dan negara tercinta.
Pada hari ini, kita kembali menjadi saksi sejarah peringatan 65 tahun berdirinya bangsa dan negara Indonesia yang kian harum namanya dan tegak berdiri sejajar dengan bangsa-bangsa lain di muka bumi ini. Tepat 65 tahun yang lalu pada hari ini, juga bertepatan dengan bulan Ramadhan, para pendiri negara telah memproklamasikan berdirinya Negara Republik Indonesia yang kita cintai.
Untuk itu, terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kita panjatkan kepada para pahlawan, dan pendahulu bangsa, yang telah rela mengorbankan jiwa raganya dalam merebut dan mempertahankan kemerdekaan, baik dengan senjata maupun diplomasi. Perjuangan dan pengorbanan mereka harus kita balas dengan menjaga kedaulatan negara dan keutuhan kita sebagai bangsa. Kita harus terus melakukan perjuangan berkesinambungan untuk mencapai cita-cita bangsa, yaitu bangsa yang berdaulat, adil dan makmur, serta untuk mengisi kemerdekaan dengan langkah-langkah nyata demi kejayaan bangsa dan negara.
Saudara-saudara yang saya hormati,
Perjalanan sejarah Indonesia sebagai sebuah negara telah mencapai usia 65 tahun. Peringatan hari kemerdekaan seperti saat ini, merupakan kesempatan baik untuk melakukan refleksi dan perenungan seberapa jauh dan bagaimana kita hidup sebagai bangsa.
Setelah bebas dari penjajahan, kita memulai proses pencarian demokrasi, yang tidak mudah dan mengalami pasang dan surut. Di awal kemerdekaan kita menjalani demokrasi parlementer dengan perubahan pemerintahan yang cepat. Dengan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, kita menganut demokrasi terpimpin yang memberikan kekuasaan sangat besar kepada eksekutif. Era Orde Baru mulai tahun 1966 adalah demokrasi Pancasila yang pada kenyataannya justru semakin menguatkan institusi negara, khususnya eksekutif, dan bukan bangsa.
Bangsa Indonesia memulai proses pemurnian demokrasi pada era reformasi tahun 1998, di mana yang menjadi ciri utama adalah praktik sistem demokrasi dengan partisipasi politik yang tinggi, pemajuan dan perlindungan HAM, penegakkan hukum serta kebebasan pers. Dalam masa perjalanan sepuluh tahun reformasi, yang disebut Proses Reformasi Gelombang Pertama, sejumlah perubahan besar telah dilaksanakan, mulai dari amandemen Undang Undang Dasar 1945 sampai dengan pembentukan lembaga-lembaga negara baru yang semakin memperkuat mekanisme check and balance dalam sistem ketatanegaraan kita. Pada era reformasi ini Indonesia untuk pertama kalinya melaksanakan pemilihan presiden secara langsung oleh rakyat pada tahun 2004, yang disusul dengan pemilihan langsung kepala daerah mulai tahun 2005.
Perjalanan sejarah tersebut menunjukkan bahwa pilihan demokrasi mempunyai dinamika dan tantangan sendiri. Demokrasi yang dijalankan tentunya sejalan dengan nilai-nilai demokrasi universal, namun tetap menjunjung nilai-nilai tradisional serta sifat khas bangsa Indonesia yang majemuk. Adalah tugas bersama kita untuk membuktikan bahwa demokrasi mendatangkan manfaat bagi rakyat dan bangsa Indonesia.
Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air,
Kita patut berbangga bahwa upaya untuk mewujudkan Indonesia yang aman dan damai telah membuahkan hasil. Di seluruh Indonesia, tidak ada lagi gangguan keamanan yang berarti, sementara kondisi keamanan di daerah-daerah yang sebelumnya dianggap rawan telah menjadi semakin kondusif. Dalam mengatasi gangguan keamanan dalam negeri, kita pun memilih cara-cara yang lebih bermartabat, demokratis dan damai, namun dengan tetap tegas menjaga kedaulatan dan keutuhan NKRI.
Kebebasan sipil juga semakin kokoh, terlihat dari semakin baiknya jaminan terhadap kebebasan berpendapat, kebebasan dari rasa takut, serta kebebasan berkumpul dan berserikat.
Secara perlahan Indonesia juga berhasil bangkit dari negara dengan tata kelola pemerintahan yang dianggap buruk – karena praktik KKN yang meluas – menjadi sebuah negara dengan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, lebih bersih, dan bebas dari berbagai kepentingan pribadi, kelompok, dan golongan.
Dalam bidang penegakan hukum, Indonesia giat memberantas korupsi. Program anti-korupsi dilakukan secara sistemik, berkesinambungan, mulai dari atas, top-down, dan tanpa pandang bulu. Sebagaimana yang terjadi di negara-negara lain, perjuangan anti-korupsi di negeri ini akan terus menghadapi tantangan dan resistensi. Namun, kita tidak akan patah semangat, kita akan terus berikhtiar, karena kita semua ingin melihat korupsi terkikis habis dari bumi Indonesia.
Pada akhirnya, semua upaya dan jerih payah kita tidaklah luput dari mata dunia, dan dunia pun mulai mengakui keberhasilan Indonesia. Telah terbukti bahwa keragaman etnis, suku, agama, dan kepercayaan dapat hidup dalam payung demokrasi, dengan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan yang dijunjung tinggi.
Saudara-Saudara sekalian,
Di tengah berbagai tantangan di dalam negeri dan global, Indonesia tidak hanya berhasil menciptakan negara yang lebih aman, lebih damai, lebih adil, dan lebih demokratis, namun juga negara yang lebih sejahtera. Dewasa ini, Indonesia merupakan Negara dengan perekonomian yang terbesar di Asia Tenggara. Dengan Pendapatan Domestik Bruto (PDB) lebih dari 0 miliar, Indonesia merupakan ekonomi terbesar ke-18 dunia. Ekspor non-migas Indonesia menembus US0 miliar, APBN menembus 1.000 triliun rupiah, cadangan devisa Indonesia kini mencapai lebih dari US miliar, rupiah terus stabil, angka kemiskinan terus menurun, credit rating Indonesia terus membaik, dan rasio hutang atas PDB turun secara signifikan, kini mencapai 27,8 persen. Bangsa Indonesia memiliki ketahanan pangan yang semakin kuat.
Keberhasilan pembangunan Indonesia tersebut dihargai masyarakat internasional dengan diundangnya Indonesia untuk terlibat dalam OECD dan bergabung dalam kelompok G-20, yaitu dua puluh negara yang menguasai 85% PDB dunia, yang memiliki peranan sangat penting dan menentukan dalam pembentukan kebijakan perekonomian global.
Berbagai langkah reformasi ekonomi telah menciptakan iklim yang semakin kondusif bagi kegiatan usaha, pasar domestik yang cukup kuat, dan semakin membaiknya iklim bagi investasi asing. Dengan pelaksanaan kebijakan perekonomian yang pro-growth, pro-job, pro-poor dan pro-environment, dan ditopang oleh infrastruktur perekonomian yang cukup kuat, perekonomian Indonesia telah menunjukkan derajat ketahanan yang cukup baik dalam menghadapi krisis dan gejolak perekonomian dunia tahun 2008-2009 yang lalu. Indonesia bahkan berhasil mencatatkan pertumbuhan ekonomi yang positif sebesar 4,3 persen pada tahun 2009, pada saat puncak krisis ekonomi global terjadi. Ke depan, kita mencanangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,3 persen pada tahun 2011, lebih tinggi dari target tahun 2010 sebesar 5,8 persen.
Saudara-Saudara yang saya hormati,
Kita wajib bersyukur atas kemajuan-kemajuan yang telah kita capai sebagai bangsa. Namun dalam rasa syukur, kita tidak boleh berpuas diri, karena bangsa kita masih menghadapi beragam tantangan kedepan, di antaranya ancaman terorisme; separatisme yang perlu disikapi secara hati-hati dan bijak; serta ancaman fundamentalisme agama yang membahayakan kesatuan dan keutuhan bangsa yang majemuk.
Oleh karena itu, Indonesia sebagai bangsa, termasuk kita semua yang berada di luar negeri, harus tetap waspada dengan kecenderungan timbulnya pengelompokan kedaerahan dan pemahaman nasionalisme yang kurang tepat dan sempit.
Kita juga harus terus siaga menghadapi bencana alam; krisis energi dan kemungkinan timbulnya kembali krisis pangan; serta ancaman pandemi dan penyakit menular yang masih menghantui seluruh masyarakat dan wilayah Indonesia.
Tantangan tersendiri juga muncul dalam upaya pemenuhan target pencapaian Sasaran-Sasaran Pembangunan Millennium (MDGs) secara tepat waktu pada tahun 2015. Walaupun sasaran pertama untuk mengurangi kemiskinan ekstrim telah tercapai, dan pencapaian beberapa sasaran berada dalam jalur yang tepat, namun pengurangan tingkat kematian ibu, penyediaan air bersih, dan pemberantasan HIV/AIDS masih memerlukan upaya dan kerja yang sangat keras. Untuk jangka panjang¸ masalah pengentasan kemiskinan juga masih perlu diperhatikan. Pada tahun 2009, tingkat kemiskinan masih berada pada angka 14,15 persen atau sebanyak 32,53 juta jiwa, suatu penurunan dibandingkan tahun 2008 yang mencapai 15,42 persen. Kita mencanangkan penurunan tingkat kemiskinan menjadi sekitar 8-10 persen pada akhir 2014.
Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air,
Menghadapi berbagai tantangan di atas, perkenankan saya untuk menyitir beberapa hal dari Pidato Presiden RI yang disampaikan pada tanggal 16 Agustus 2010 di depan DPR dan DPD.
Dengan memasuki masa bakti Kabinet Indonesia Bersatu II ini Indonesia telah masuk dalam tahapan Reformasi Gelombang Kedua yang menekankan pada perubahan dan kesinambungan, change and continuity.
Dalam lima tahun mendatang telah disusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RJPMN) ke-2 untuk periode 2010-2014 dengan penetapan prioritas pada reformasi birokrasi dan tata kelola, pendidikan, kesehatan, penanggulangan kemiskinan dan ketahanan pangan. Prioritas juga ditetapkan pada bidang infrastruktur, iklim investasi dan usaha, energi dan lingkungan hidup, pengelolaan bencana, pembangunan daerah tertinggal, terdepan, terluar dan pasca konflik, serta tidak kalah pentingnya, kebudayaan dan inovasi teknologi.
Dalam melaksanakan prioritas-prioritas tersebut, Presiden RI telah menerbitkan instruksi tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional dan tentang Program Pembangunan yang Berkeadilan.
Presiden juga mengajak kita bersama-sama membangun tiga pilar pembangunan, yaitu:
Pilar pertama kesejahteraan atau prosperity, yang mengedepankan pembangunan untuk seluruh 237,6 juta rakyat Indonesia. Untuk lima tahun ke depan sampai 2014, telah dianggarkan 100 triliun rupiah untuk pengembangan kredit usaha rakyat (KUR), dicanangkan pertumbuhan ekonomi sebesar 7-7,7 persen, dan ditargetkan 10,7 juta lapangan kerja baru.
Pilar kedua adalah demokrasi. Ke depan kita harus memastikan bahwa tradisi demokrasi yang kita tumbuhkan dapat menghasilkan keseimbangan antara kebebasan dan penghormatan terhadap hukum.
Pilar pembangunan ketiga adalah keadilan. Keadilan harus dihadirkan pada seluruh warga negara Indonesia, tanpa diskriminasi dalam bentuk apapun. Justice for all. Kita diantaranya tengah melakukan gerakan pemberantasan mafia hukum, dan pemberantasan korupsi tetap akan menjadi prioritas nasional.
Saudara-Saudara sekalian,
Stabilitas politik dan ekonomi Indonesia, serta keberhasilan pelaksanaan pemilu dan pilpres langsung untuk kedua kalinya pada tahun 2009 bukan hanya memperkuat kehidupan demokrasi di Indonesia, tetapi juga berimplikasi pada peningkatan bobot diplomasi dan citra Indonesia di dunia internasional.
Indonesia kini menempati posisi yang berbeda dalam percaturan internasional. Kita sudah menanggalkan citra keterpurukan, instabilitas, dan konflik. Dunia kini memandang Indonesia sebagai model, sebagai negara demokrasi ketiga terbesar di dunia setelah India dan Amerika Serikat, sebagai jembatan antara Islam dan Barat, sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara, sebagai negara yang sukses melakukan transformasi, dan sebagai negara yang menjunjung kebebasan, pluralisme dan toleransi.
Dengan reputasi yang tinggi dan diplomasi yang aktif, Indonesia juga semakin dianggap sebagai pihak yang mampu memainkan peran sebagai bridge-builder di antara berbagai kepentingan negara-negara di dunia. Indonesia juga memiliki ruang gerak yang semakin besar dan dapat dengan leluasa menjalankan kebijakan ”all directions foreign policy” yang ditujukan bagi pencapaian “a million friends and zero enemies”, semuanya untuk kepentingan nasional kita.
Saudara-Saudara yang saya hormati,
Presiden RI dalam pidatonya kemarin juga menggarisbawahi bahwa di abad ke-21 ini kita harus menjalankan diplomasi bebas, aktif, dan transformatif, yang lebih berorientasi pada penciptaan peluang. Dalam kaitan ini, kita akan terus berkontribusi dalam penciptaan dunia yang lebih adil dan demokratis sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945. Kita akan tetap konsisten mendorong reformasi PBB dan reformasi arsitektur keuangan dunia supaya lebih kondusif bagi kepentingan negara-negara berkembang. Kita akan terus berperan dalam Pasukan Perdamaian Dunia dan terus membantu perjuangan bangsa Palestina untuk mewujudkan cita-citanya menjadi negara yang merdeka, berdaulat dan utuh.
Indonesia juga akan tetap berjuang menciptakan dunia yang lebih sejahtera. Keanggotaan kita di berbagai organisasi internasional akan terus dimanfaatkan untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan memajukan kerjasama dan kesejahteraan.
Dalam kaitan ini, sebagai salah satu garda terdepan diplomasi multilateral, PTRI Jenewa senantiasa dituntut untuk dapat memajukan serta melindungi kepentingan nasional dalam berbagai forum internasional. Peran aktif PTRI Jenewa di kurun tahun 2009-2010 ini, antara lain:
Dalam isu keamanan internasional dan perlucutan senjata, Indonesia terpilih sebagai salah satu Ketua untuk agenda tertentu dan Koordinator G-21 di sidang Konferensi Perlucutan Senjata, serta menjadi Co-chair Standing Committee on Stockpile Destruction.
Di bidang perlindungan HAM, Indonesia telah berperan dan berkiprah sebagai anggota Dewan HAM periode 2007-2010, sekaligus sebagai Wakil Presiden Dewan HAM periode 2009-2010. Peran nyata penanganan HAM Indonesia di tingkat domestik dan regional telah membawa dampak positif terhadap peran Indonesia di forum HAM multilateral.
Indonesia juga terus meningkatkan perannya dalam isu kemanusiaan dan mendorong perlindungan terhadap buruh migran dalam berbagai forum dunia seperti ILO, IOM, Colombo Process dan Global Forum on Migration and Development.
Di bidang kesehatan, Indonesia mendorong terwujudnya mekanisme dan kerjasama kesehatan yang lebih adil dan berimbang dalam kerangka WHO dan menempatkan wakil-wakilnya dalam Executive Board WHO dan pakar kesehatannya dalam berbagai badan subsider di WHO.
Indonesia berperan aktif dalam perundingan di WIPO untuk melindungi sumber-sumber daya genetika, pengetahuan tradisional dan Folklore yang dimiliki negara berkembang dengan membentuk dan memotori Development Agenda Group (DAG).
Di bidang perdagangan dan pembangunan, Indonesia sebagai Presiden Komite Partisipan GSTP telah mendorong perundingan penurunan tariff perdagangan di antara negara berkembang dalam kerangka Global System of Trade Preferences among Developing Countries (GSTP). Indonesia juga terus dipercaya memimpin Kelompok 33 dalam perundingan pertanian di WTO, di samping menjadi Ketua Committee on Trade and Development WTO.
Di bidang lingkungan hidup, sebagai Presiden Konvensi Basel untuk periode 2008-2011, Indonesia mensponsori upaya perlindungan kesehatan manusia dan lingkungan hidup dari dampak merugikan yang ditimbulkan oleh limbah berbahaya. Sebagai salah satu negara mega-biodiversity, Indonesia juga aktif dalam perlindungan satwa langka dalam kerangka CITES.
Diplomasi multilateral Indonesia di Jenewa juga ditampilkan melalui berhasil terpilihnya Indonesia dan wakilnya pada berbagai fora internasional pada satu tahun terakhir ini, yang menunjukkan pengakuan masyarakat internasional atas komitmen Indonesia dalam penanganan dan penyelesaian isu-isu global.
Saudara-Saudara sekalian,
Di tengah-tengah kesibukan menjalankan tugas diplomasi multilateral, PTRI Jenewa dan masyarakat Indonesia di Jenewa telah melakukan promosi dan diplomasi budaya. Kelompok pemusik angklung “Le Sangkuriang” dan gamelan “Kyai Gandrung” telah tampil di hadapan kalangan diplomatik dan masyarakat setempat di Jenewa dan sekitarnya. Sepuluh hari yang lalu pula, PTRI dan masyarakat Indonesia di Jenewa selesai berpartisipasi pada Fêtes de Genève 2010 dengan menggelar stand promosi dan warung “Kampoeng Indonesia” yang berhasil menarik perhatian ratusan orang pengunjung.
Dalam kesempatan ini, perkenankan saya menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada seluruh staf PTRI, Dharma Wanita Persatuan, dan seluruh masyarakat Indonesia di Jenewa yang berhasil memperkenalkan khasanah budaya Indonesia yang kaya dan mengharumkan nama Indonesia.
Saya juga ingin menyampaikan selamat dan penghargaan kepada para pejabat PTRI yang menerima Penghargaan Satya Lencana Karya Satya dan para Pegawai Setempat Terbaik tahun 2010. Semoga anugerah penghargaan tersebut semakin meningkatkan tekad dan kinerja bagi pelaksanaan tugas dan misi Perwakilan, serta menjadi contoh dan suri tauladan bagi kita semua.
Terima kasih dan penghargaan juga saya haturkan bagi adik-adik Paskibra, para petugas upacara, adik-adik peserta aubade, dan semuanya yang telah membantu kelancaran pelaksanaan upacara peringatan HUT RI hari ini. Kiranya pengalaman kita semua hari ini akan semakin memperkuat rasa kebangsaan dan persatuan.
Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air,
Berbagai catatan keberhasilan Indonesia belakangan ini telah mempertebal rasa bangga dan percaya diri kita semua sebagai warga negara dan duta bangsa. Namun, pekerjaan belum selesai. Masih banyak yang perlu kita kerjakan dan kita perbaiki, masih banyak tantangan yang harus dihadapi dan komitmen internasional yang harus dipenuhi, termasuk dalam mencapai sasaran MDGs, sebagai Ketua ASEAN tahun depan, tuan rumah World Economic Forum East Asia tahun 2011, KTM GNB tahun 2011, KTT APEC tahun 2013, serta dalam memperkokoh kepemimpinan Indonesia pada berbagai forum internasional. Semuanya memerlukan sumbangsih, dedikasi, dan kerja keras kita bersama.
Untuk itu, saya mengajak Bapak-bapak, Ibu-ibu dan Saudara-Saudara sebangsa dan setanah air di Jenewa dan sekitarnya, untuk terus menyumbangkan pikiran dan tenaga, melalui bidang tugas masing-masing, bagi pencapaian tujuan kita bersama sebagai bangsa. Sebagaimana tema peringatan HUT RI tahun ini, yakni “Dengan Semangat Proklamasi 17 Agustus 1945, Kita Sukseskan Reformasi Gelombang Kedua, Untuk Terwujudnya kehidupan Berbangsa yang Makin Sejahtera, Makin Demokratis dan Makin Berkeadilan”, marilah kita bersama-sama sebagai warga masyarakat Indonesia di Jenewa, turut mewujudkan bangsa Indonesia yang adil, makmur dan sejahtera dalam alam kehidupan demokrasi.
Pada akhirnya, saya ingin menyitir kata-kata bijak Presiden Soekarno pada pidato HUT Proklamasi tahun 1964 yang berbunyi:
Firman Tuhan inilah Gitaku, firman Tuhan inilah harus menjadi Gitamu: “Innallahu la yu ghoiyiru ma bikaumin, hatta yu ghoiyiru ma bianfusihim”;
yang intinya adalah Tuhan tidak merobah nasib sesuatu bangsa sebelum bangsa itu merobah nasibnya.
Nasib bangsa Indonesia berada di tangan kita semua, tidak terkecualikan masyarakat Indonesia di Jenewa.
Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan rahmat, karunia, dan ridho-Nya kepada kita semua.
Dirgahayu Republik Indonesia!
Terima kasih, wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Jenewa, 17 Agustus 2010